Posts

Image
Hilangnya Pertalite Ketengan di Pakpak Bharat: Rakyat Tersandera, Ada Apa dengan Pemerintah dan DPRD? #opinipublik Sejak beberapa bulan terakhir, masyarakat Pakpak Bharat dipaksa menghadapi kenyataan pahit: Pertalite ketengan menghilang dari pasaran. Di satu-satunya SPBU yang beroperasi, warga hanya bisa membeli Pertamax yang harganya jauh lebih mahal. Sekilas, ini tampak seperti persoalan teknis. Namun jika ditelusuri lebih jauh, hilangnya Pertalite ketengan bukan sekadar soal pasokan, melainkan soal pengabaian hak rakyat kecil. Bagi petani yang setiap hari harus mengeluarkan ongkos transportasi, selisih harga BBM menjadi beban tambahan yang menggerus keuntungan. Bagi sopir angkot dan tukang becak, ini berarti pemasukan harian yang semakin menipis. Yang lebih memprihatinkan, hingga kini tidak ada kejelasan dari pemerintah daerah maupun DPRD. Apakah mereka benar-benar tidak mengetahui kelangkaan ini? Atau sengaja memilih diam karena ada kepentingan tertentu? Apakah distribusi Pertalite...
Bantuan Alsintan Tak Cukup Menyuburkan Kesejahteraan Petani.  #opini Pemerintah Kabupaten Pakpak Bharat dalam beberapa tahun terakhir telah menggulirkan berbagai bantuan alat dan mesin pertanian (alsintan) kepada para petani. Ini patut diapresiasi sebagai bentuk keberpihakan terhadap sektor pertanian yang masih menjadi penopang utama ekonomi masyarakat desa. Namun, realitas di lapangan menunjukkan bahwa meski alat sudah tersedia, kesejahteraan petani belum juga tercapai. Petani tetap berada dalam siklus kemiskinan, bergantung pada musim, dan seringkali menghadapi harga panen yang tidak menentu. Pertanyaannya: mengapa petani masih belum sejahtera meski sudah dibantu alsintan? Pertama, bantuan alsintan tidak serta-merta menyelesaikan persoalan mendasar dalam sektor pertanian. Tanpa akses pasar yang baik, hasil panen yang melimpah sekalipun tidak akan membawa keuntungan yang layak bagi petani. Petani Pakpak Bharat masih kesulitan menjual hasilnya dengan harga stabil, apalagi dalam kon...
 Pemerintah Pakpak Bharat Harus Hadir di Tengah Modernisasi Pertanian.  #opini Pertanian masih menjadi urat nadi kehidupan masyarakat Pakpak Bharat. Sebagian besar penduduknya menggantungkan hidup dari tanah, dari sawah, dari ladang kopi, jagung, padi ladang, hingga tanaman hortikultura. Namun sayangnya, hingga saat ini, wajah pertanian kita masih didominasi oleh cara-cara tradisional. Di saat dunia telah melangkah ke pertanian berbasis teknologi dan digitalisasi, banyak petani kita justru masih berkutat dengan cangkul, ketidakpastian harga, dan kesulitan mendapatkan pupuk yang memadai. Inilah mengapa pemerintah Kabupaten Pakpak Bharat harus sungguh-sungguh hadir di tengah upaya modernisasi pertanian. Bukan hanya hadir dalam bentuk seremonial, tetapi dengan kebijakan yang nyata, anggaran yang cukup, dan keberpihakan yang jelas terhadap petani lokal. Petani Pakpak Bharat tidak membutuhkan janji, mereka butuh alat dan keterampilan. Butuh teknologi yang sesuai dengan kondisi data...

Mencari Arah: Nasib Generasi Muda Pakpak Bharat di Persimpangan Zaman

  Mencari Arah: Nasib Generasi Muda Pakpak Bharat di Persimpangan Zaman.  Di tengah gejolak perubahan zaman dan arus globalisasi yang terus menggerus batas-batas geografis dan budaya, generasi muda di Kabupaten Pakpak Bharat sedang berdiri di sebuah persimpangan besar. Di satu sisi, mereka adalah pewaris tanah leluhur yang kaya akan potensi alam dan budaya. Di sisi lain, mereka ditantang oleh minimnya akses dan dukungan sistemik yang dapat membawa mereka menjadi kekuatan penggerak kemajuan daerah. Potensi dan Harapan yang Belum Terpetakan: Pakpak Bharat adalah wilayah dataran tinggi di barat daya Sumatera Utara dengan luas 1.218 km² dan populasi sekitar 54.516 jiwa (BPS, 2023). Sekitar 35% dari penduduknya adalah pemuda berusia di bawah 35 tahun—angka yang secara demografis bisa menjadi kekuatan pembangunan. Namun, potensi ini belum sepenuhnya dikapitalisasi. Anak-anak muda tumbuh dalam budaya kerja keras, gotong royong, dan nilai-nilai adat Pakpak yang luhur. Mereka mengenal ...